About

Komunitas pecinta, penikmat, kolektor, aktivis buku dan membaca di Kota Padang yang memiliki misi terciptanya budaya baca pada generasi muda. Reading is Enjoying!

Label

Categories

Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Sabtu, 23 Juni 2012


           Pesatnya perkembangan dunia teknologi dan informasi yang ditenggarai dengan adanya media online beserta segala fitur canggih yang ada di dalamnya menjadi salah satu penyebab semakin rendahnya minat generasi muda terhadap dunia baca. Hal ini tentu sangat kita rasakan dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaan media online atau internet tidak lagi menjadi sesuatu yang eksklusif namun telah berubah menjadi kebutuhan primer bagi generasi muda. Warnet atau warung internet tidak lagi menjadi sesuatu yang asing. Namun kehadiran warung internet relatif telah semakin menjamur di tengah masyarakat. Warnet dengan mudah dapat kita temukan di area pemukiman masyarakat. Tidak hanya kalangan tertentu saja. Tapi semua kalangan telah terhipnotis dengan kehadiran dunia maya tersebut.
            
           Maka untuk mengurangi dampak negatif dari dunia online itu, Komunitas Books Reader Padang yang merupakan wadah bagi pembaca, pencinta, kolektor buku maupun siapa saja yang peduli dengan dunia baca mengadakan event bulanan Reading Hour.  Event Reading Hour ini merupakan salah satu program community development (pengembangan masyarakat) yang dimiliki oleh komunitas yang berdiri pada 16 Desember 2012. Sebagaimana yang disampaikan oleh Koordinator Umum Komunitas Books Reader Padang, Hendriko Firman bahwa, “Event ini bertujuan mengajak generasi muda untuk mencintai dunia buku.” Ia pun menjelaskan secara sederhana event ini merupakan gerakan membaca buku secara serentak (bersama-sama) di ruang publik. Serta dengan kata lain gerakan ini ingin mengkampanyekan bahwa membaca itu merupakan kegiatan yang menyenangkan, yaitu dapat dilakukan oleh siapa saja, dimanapun dan kapanpun ia berada. Termasuk di ruang publik seperti taman kota.
            Event perdana reading hour ini sendiri telah dilaksanakan pada 27 Mei lalu bertempat di Lapangan Imam Bonjol. Event yang dimulai dari pukul 16.00 sampai 17.00 ini diikuti oleh anggota Komunitas Books Reader Padang, pelajar dan masyarakat yang berada di sekitar Lapangan Imam Bonjol. Sedangkan untuk ke depannya event ini akan diadakan secara reguler setiap tanggal 20 (duapuluh) tiap bulannya. Untuk waktu dan tempat pelaksanaannya sendiri masih sama dengan event sebelumnya.
             Oleh sebab itu diharapkan bagi generasi muda (khususnya) untuk dapat secara bersama-sama menyukseskan event membaca serentak di ruang publik tersebut. Karena dengan demikian kita tidak hanya menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan bagi diri sendiri. Namun juga bagi orang lain dapat ikut merasakan manfaat membaca. Seperti yang diungkapkan Hendriko Firman, “Kita ke depannya ingin menjadikan event ini menjadi lebih baik dan dapat menarik minat siapa saja untuk ikut serta!” *** BRP
             

Sabtu, 09 Juni 2012
Oleh : Ade Faulina


Barangkali belum banyak yang tahu jika hari buku diperingati setiap tanggal 23 April. Sebuah perayaan yang menandai bahwa buku sebagai jendela dunia perlu mendapatkan tempat di pikiran dan hati setiap orang. Peringatan hari buku tentunya berbeda dengan perayaan hari-hari “besar” (penting) lainnya. Cara memperingatinya juga berbeda. Tidak ada hingar bingar maupun euforia layaknya peringatan 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia, tanah tumpah darah kita. Seperti upacara di Istana Kepresidenan, beragam perlombaan, program-program hiburan di televisi, pesta kembang api hingga ramainya publikasi seputar hari kemerdekaan dan para pahlawannya menjadi penanda bahwa negeri ini sedang merayakan hari jadinya.

Jika perayaan hari kemerdekaan dirayakan dengan gegap gempita maka hal berbeda akan kita temui pada peringatan hari buku. Sebuah peringatan yang sunyi. Karena tidak ada perayaan hingar bingar di hari buku. Buku yang seperti kita tahu merupakan bagian penting dari sebuah peradaban. Jika ingin menguasai dunia kita perlu berkarib dengan buku. Buku menjadi syarat utama dalam pembangunan sebuah bangsa. Kejayaan peradaban sebuah negeri hanya akan menjadi mimpi bila generasi yang notabene merupakan subjek pembentuk peradaban jauh dari buku. Indonesia mungkin saja tidak akan ada dan menjadi bagian dari dunia jika para generasi (muda) terdahulu tidak dekat dengan buku. Nama-nama seperti Soekarno, Muhammad Hatta, M.Yamin, Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan lainnya merupakan tokoh-tokoh penting yang “kutu buku”. Mereka tidak saja membaca buku-buku pelajaran di bangku sekolah. Namun menjadikan buku layaknya kebutuhan primer yang dilakukan setiap waktu. Seperti kebutuhan makan, minum dan tidur. Buku apapun akan mereka “lahap”.

Generasi (Muda) yang Terabai
Mengapa buku menjadi penting? Sebuah pertanyaan yang menjadi konyol di tengah hiruk pikuk kemajuan bangsa-bangsa asing saat ini. Kita pun telah lama menyadari bahwa tanpa buku sebuah bangsa akan menjadi terbelakang. Buku memberikan banyak manfaat dalam menjalani kehidupan di muka bumi. Diantaranya menambah pengetahuan, mengenal berbagai hal, memberikan motivasi, mengajarkan nilai-nilai kehidupan, membentuk karakter bangsa,  hingga menjadi jalan bagi seseorang insan yang kreatif dan optimis dalam meraih apa yang dicita-citakannya (impian).

Buku merupakan sesuatu yang sangat penting. Baik itu buat diri sendiri dan orang lain. Apa yang kita ketahui dari sebuah bacaan akan bermanfaat jika kita sampaikan kepada orang lain. Dengan buku kita pun dapat saling menjaga. Menjaga untuk tidak terjebak dalam sifat atau sikap yang dapat membawa kehancuran. Seperti yang sedang berlangsung di tanah air kini. Tanpa buku kita menjadi terjebak ke dalam sifat dan sikap yang tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain. Seperti tamak, penakut, bermental penjahat, kebal terhadap kritik dan memiliki sifat malas dalam melakukan sesuatu dan juga menjadi sebuah bangsa yang pesimis dalam menghadapi hari esok. Semua sifat dan sikap di atas selama beberapa dekade terakhir terus menjadi penyakit menular yang hinggap di diri setiap orang. Jika kita terus melakukan hal demikian maka kehancuran akan mendekat dalam kehidupan kita.

Buku perlu “diperkenalkan” kembali kepada penerus bangsa ini, yaitu generasi muda. Generasi yang merupakan cikal bakal eksistensi bangsa. Kita membutuhkan Bung Karno atau Bung Hatta muda yang bisa berpikir jernih, produktif berkarya dan menularkan semangat pembaharuan dan pembangunan yang terencana dan terkonsep secara baik, jelas dan rapi. Sebuah bangsa akan menjadi tangguh jika tiap elemen di dalamnya tahu apa yang mereka mau. Dan rela bersusah payah untuk meraih cita-cita. Serta memiliki daya imajinasi dan kreativitas yang dapat memakmurkan diri dan bangsa. Tidak mengherankan lagi jika generasi muda merupakan titik tolak untuk kembali membangun peradaban yang disegani.

Pemuda-pemudi yang selama ini “terabaikan” akan menjadi kekuatan apabila mereka diberi “suplemen” berupa buku-buku bermutu. Bukan hanya sekedar buku pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum di sekolah atau kampus. Tapi generasi muda harus dekat dengan buku bacaan apapun. Baik itu suratkabar, novel, roman, majalah dan jenis buku lainnya. Dan itu pun tidak terbatas pada penulis, tema maupun isi tertentu yang disampaikan atau dikarang oleh seorang penulis. Bila mungkin, sedari dini kita hendaknya memberikan generasi muda apa yang mereka perlukan untuk menjadi representasi sebuah negeri yang di masa lampau berdiri gagah di hadapan dunia. Bukan bangsa kerdil yang penakut dan bermental “kerupuk” seperti yang menggeroti bangsa ini dalam tahun-tahun terakhir.

Semoga kita bisa kembali melahirkan pemuda-pemudi yang berkarakter dan percaya diri. Sebuah generasi yang rindu akan bacaan dan nilai-nilai positif  dari sebuah buku. Sebagaimana pepatah: buku merupakan jendela dunia. Dengan buku kita bisa melihat dan mengetahui segala yang ada di semesta. Buku adalah kunci untuk “membuka” dan mengungkap apapun yang ingin kita ketahui.*

 (Penulis merupakan Alumni IAIN Imam Bonjol Padang dan saat ini bergiat di Komunitas Books Reader Padang).