About

Komunitas pecinta, penikmat, kolektor, aktivis buku dan membaca di Kota Padang yang memiliki misi terciptanya budaya baca pada generasi muda. Reading is Enjoying!

Label

Categories

Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Kamis, 27 September 2012
         Donasi buku BRP kali ini di donasikan ke Panti Asuhan AL-HIDAYAH By Pass Padang. Foto dibawah adalah simbolis pemberian buku-buku bacaan. Buku tersebut merupakan hasil dari sumbangan para  donatur yang secara langsung diberikan oleh Korum BRP.
Salam buku, dan semangat :)


   
Sabtu, 22 September 2012
Tim building sangat penting dalam sebuah organisasi agar, ritme, visi, misi dan tim work para anggota tetap dalam satu koridor.
Untuk mengakrabkan tim, maka BRP mengadakan acara tim building di Pantai Air Manis. Acara berlangsung seru dan menarik, yang di isi dengan pengenalam tim, komitmen anggota, leadership dan hiburan games seru. Semoga di lain kesempatan para anggota BRP bisa melakukan tim building lagi.

Salam buku :D

foto bersama BRP dan SSC setelah acara jadi pengajar keren di SD indarung.
Jumat, 21 September 2012

Kali ini BRP di undang oleh Komunitas Save Street Children Padang (@SSChildPadang) untuk memberikan  motivasi membaca kepada anak-anak SDN 17 Indarung Padang.
Acara kali ini BRP memberikan beberapa games dan slide serta motivasi-motivasi membaca kepada anak-anak SD mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
Dalam acara BRP ini terlihat anak-anak sangat antusias sekali untuk bisa berpartisipasi.

Jika sekolahmu ingin didatangi oleh BRP dan diberikan motivasi budaya membaca silahkan kontak kami di twitter: @BooksReaderPDG atau SMS ke 0857661139086 (Geni).

Salam Buku :D



Yup, ini adalah pamflet resmi Reading Hours Books Reader Padang. :D

Reading Hours diadakan sekali sebulan di hari Minggu, minggu keempat. Jika kamu tertarik untuk mengikuti reading hours, bisa konfirm di admin kami di @BooksReaderPDG atau SMS ke 085766139086 (Geni)







Anggota Books Reader Padang dan volunteer melakukan kegiatan Reading Hours di depan tamam Imam Bonjol Padang. Reading Hours diadakan sekali sebulan di hari Minggu, minggu keempat. Jika kamu tertarik untuk mengikuti reading hours, bisa konfirm di admin kami di @BooksReaderPDG atau SMS ke 085766139086 (Geni)

Reading Hours adalah kegiatan membaca buku selama 1 jam di tempat publik bersama-sama. Apabila ada yang mengenal flash mob (menari bersama-sama di tempat publik), atau subway panties di New York. Maka reading hours persis mirip dengan dua kegiatan itu, terkecuali konteks dari Reading Hours adalah membaca.
Tujuan dari Reading Hours adalah mengkampanyekan budaya membaca pada masyarakat, sehingga saat mereka melihat kegiatan reading hours ini bisa terketuk hatinya untuk membaca. Dengan reading hours ini, kita ingin menggerakkan budaya baca pada masyarakat banyak.

Reading Hours diadakan sekali sebulan di hari Minggu, minggu keempat. Jika kamu tertarik untuk mengikuti reading hours, bisa konfirm di admin kami di @BooksReaderPDG atau SMS ke 085766139086 (Geni)


Sabtu, 23 Juni 2012


           Pesatnya perkembangan dunia teknologi dan informasi yang ditenggarai dengan adanya media online beserta segala fitur canggih yang ada di dalamnya menjadi salah satu penyebab semakin rendahnya minat generasi muda terhadap dunia baca. Hal ini tentu sangat kita rasakan dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaan media online atau internet tidak lagi menjadi sesuatu yang eksklusif namun telah berubah menjadi kebutuhan primer bagi generasi muda. Warnet atau warung internet tidak lagi menjadi sesuatu yang asing. Namun kehadiran warung internet relatif telah semakin menjamur di tengah masyarakat. Warnet dengan mudah dapat kita temukan di area pemukiman masyarakat. Tidak hanya kalangan tertentu saja. Tapi semua kalangan telah terhipnotis dengan kehadiran dunia maya tersebut.
            
           Maka untuk mengurangi dampak negatif dari dunia online itu, Komunitas Books Reader Padang yang merupakan wadah bagi pembaca, pencinta, kolektor buku maupun siapa saja yang peduli dengan dunia baca mengadakan event bulanan Reading Hour.  Event Reading Hour ini merupakan salah satu program community development (pengembangan masyarakat) yang dimiliki oleh komunitas yang berdiri pada 16 Desember 2012. Sebagaimana yang disampaikan oleh Koordinator Umum Komunitas Books Reader Padang, Hendriko Firman bahwa, “Event ini bertujuan mengajak generasi muda untuk mencintai dunia buku.” Ia pun menjelaskan secara sederhana event ini merupakan gerakan membaca buku secara serentak (bersama-sama) di ruang publik. Serta dengan kata lain gerakan ini ingin mengkampanyekan bahwa membaca itu merupakan kegiatan yang menyenangkan, yaitu dapat dilakukan oleh siapa saja, dimanapun dan kapanpun ia berada. Termasuk di ruang publik seperti taman kota.
            Event perdana reading hour ini sendiri telah dilaksanakan pada 27 Mei lalu bertempat di Lapangan Imam Bonjol. Event yang dimulai dari pukul 16.00 sampai 17.00 ini diikuti oleh anggota Komunitas Books Reader Padang, pelajar dan masyarakat yang berada di sekitar Lapangan Imam Bonjol. Sedangkan untuk ke depannya event ini akan diadakan secara reguler setiap tanggal 20 (duapuluh) tiap bulannya. Untuk waktu dan tempat pelaksanaannya sendiri masih sama dengan event sebelumnya.
             Oleh sebab itu diharapkan bagi generasi muda (khususnya) untuk dapat secara bersama-sama menyukseskan event membaca serentak di ruang publik tersebut. Karena dengan demikian kita tidak hanya menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan bagi diri sendiri. Namun juga bagi orang lain dapat ikut merasakan manfaat membaca. Seperti yang diungkapkan Hendriko Firman, “Kita ke depannya ingin menjadikan event ini menjadi lebih baik dan dapat menarik minat siapa saja untuk ikut serta!” *** BRP
             

Sabtu, 09 Juni 2012
Oleh : Ade Faulina


Barangkali belum banyak yang tahu jika hari buku diperingati setiap tanggal 23 April. Sebuah perayaan yang menandai bahwa buku sebagai jendela dunia perlu mendapatkan tempat di pikiran dan hati setiap orang. Peringatan hari buku tentunya berbeda dengan perayaan hari-hari “besar” (penting) lainnya. Cara memperingatinya juga berbeda. Tidak ada hingar bingar maupun euforia layaknya peringatan 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia, tanah tumpah darah kita. Seperti upacara di Istana Kepresidenan, beragam perlombaan, program-program hiburan di televisi, pesta kembang api hingga ramainya publikasi seputar hari kemerdekaan dan para pahlawannya menjadi penanda bahwa negeri ini sedang merayakan hari jadinya.

Jika perayaan hari kemerdekaan dirayakan dengan gegap gempita maka hal berbeda akan kita temui pada peringatan hari buku. Sebuah peringatan yang sunyi. Karena tidak ada perayaan hingar bingar di hari buku. Buku yang seperti kita tahu merupakan bagian penting dari sebuah peradaban. Jika ingin menguasai dunia kita perlu berkarib dengan buku. Buku menjadi syarat utama dalam pembangunan sebuah bangsa. Kejayaan peradaban sebuah negeri hanya akan menjadi mimpi bila generasi yang notabene merupakan subjek pembentuk peradaban jauh dari buku. Indonesia mungkin saja tidak akan ada dan menjadi bagian dari dunia jika para generasi (muda) terdahulu tidak dekat dengan buku. Nama-nama seperti Soekarno, Muhammad Hatta, M.Yamin, Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan lainnya merupakan tokoh-tokoh penting yang “kutu buku”. Mereka tidak saja membaca buku-buku pelajaran di bangku sekolah. Namun menjadikan buku layaknya kebutuhan primer yang dilakukan setiap waktu. Seperti kebutuhan makan, minum dan tidur. Buku apapun akan mereka “lahap”.

Generasi (Muda) yang Terabai
Mengapa buku menjadi penting? Sebuah pertanyaan yang menjadi konyol di tengah hiruk pikuk kemajuan bangsa-bangsa asing saat ini. Kita pun telah lama menyadari bahwa tanpa buku sebuah bangsa akan menjadi terbelakang. Buku memberikan banyak manfaat dalam menjalani kehidupan di muka bumi. Diantaranya menambah pengetahuan, mengenal berbagai hal, memberikan motivasi, mengajarkan nilai-nilai kehidupan, membentuk karakter bangsa,  hingga menjadi jalan bagi seseorang insan yang kreatif dan optimis dalam meraih apa yang dicita-citakannya (impian).

Buku merupakan sesuatu yang sangat penting. Baik itu buat diri sendiri dan orang lain. Apa yang kita ketahui dari sebuah bacaan akan bermanfaat jika kita sampaikan kepada orang lain. Dengan buku kita pun dapat saling menjaga. Menjaga untuk tidak terjebak dalam sifat atau sikap yang dapat membawa kehancuran. Seperti yang sedang berlangsung di tanah air kini. Tanpa buku kita menjadi terjebak ke dalam sifat dan sikap yang tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain. Seperti tamak, penakut, bermental penjahat, kebal terhadap kritik dan memiliki sifat malas dalam melakukan sesuatu dan juga menjadi sebuah bangsa yang pesimis dalam menghadapi hari esok. Semua sifat dan sikap di atas selama beberapa dekade terakhir terus menjadi penyakit menular yang hinggap di diri setiap orang. Jika kita terus melakukan hal demikian maka kehancuran akan mendekat dalam kehidupan kita.

Buku perlu “diperkenalkan” kembali kepada penerus bangsa ini, yaitu generasi muda. Generasi yang merupakan cikal bakal eksistensi bangsa. Kita membutuhkan Bung Karno atau Bung Hatta muda yang bisa berpikir jernih, produktif berkarya dan menularkan semangat pembaharuan dan pembangunan yang terencana dan terkonsep secara baik, jelas dan rapi. Sebuah bangsa akan menjadi tangguh jika tiap elemen di dalamnya tahu apa yang mereka mau. Dan rela bersusah payah untuk meraih cita-cita. Serta memiliki daya imajinasi dan kreativitas yang dapat memakmurkan diri dan bangsa. Tidak mengherankan lagi jika generasi muda merupakan titik tolak untuk kembali membangun peradaban yang disegani.

Pemuda-pemudi yang selama ini “terabaikan” akan menjadi kekuatan apabila mereka diberi “suplemen” berupa buku-buku bermutu. Bukan hanya sekedar buku pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum di sekolah atau kampus. Tapi generasi muda harus dekat dengan buku bacaan apapun. Baik itu suratkabar, novel, roman, majalah dan jenis buku lainnya. Dan itu pun tidak terbatas pada penulis, tema maupun isi tertentu yang disampaikan atau dikarang oleh seorang penulis. Bila mungkin, sedari dini kita hendaknya memberikan generasi muda apa yang mereka perlukan untuk menjadi representasi sebuah negeri yang di masa lampau berdiri gagah di hadapan dunia. Bukan bangsa kerdil yang penakut dan bermental “kerupuk” seperti yang menggeroti bangsa ini dalam tahun-tahun terakhir.

Semoga kita bisa kembali melahirkan pemuda-pemudi yang berkarakter dan percaya diri. Sebuah generasi yang rindu akan bacaan dan nilai-nilai positif  dari sebuah buku. Sebagaimana pepatah: buku merupakan jendela dunia. Dengan buku kita bisa melihat dan mengetahui segala yang ada di semesta. Buku adalah kunci untuk “membuka” dan mengungkap apapun yang ingin kita ketahui.*

 (Penulis merupakan Alumni IAIN Imam Bonjol Padang dan saat ini bergiat di Komunitas Books Reader Padang). 
Selasa, 13 Maret 2012
GATHERING #1 BOOKS READER PADANG (26/2/2012)


Minggu (11/3) Komunitas Books Reader Padang untuk kedua kalinya kembali mengadakan gathering atau pertemuan dengan anggota yang telah lulus dalam Open Recruitment 2012. Pertemuan sebelumnya dilaksanakan pada Minggu (26/2). Pertemuan kali ini bertempat di Gazebo Gedung F, UNAND. Sebanyak sepuluh orang hadir dalam gathering  yang dimulai pukul 11.00 wib tersebut.
    Gathering diawali dengan penyampaian update tentang perkembangan Komunitas Books Reader Padang oleh Koordinator Umum, Hendriko Firman. Ia menyebutkan program komunitas telah berjalan sejak dua pekan silam. “Kita telah melakukan pengenalan anggota dan program pada gathering sebelumnya (pertama). Sedangkan untuk program komunitas secara berangsur-angsur dilaksanakan pada Maret ini.” Lebih jauh ia menerangkan bahwa pelaksanaan program komunitas akan difokuskan pada peningkatan minat dan kapasitas anggota dalam membaca berbagai bacaan/buku. “Sebagai langkah awal kita akan mengoptimalkan program speed reading (membaca cepat). Program ini akan diberikan melalui pemberian makalah, modul ataupun softcopy tentang speed reading.”
    Sesi berikutnya dalam gathering yang dihadiri oleh mahasiswa dan tamatan Unand, IAIN Imam Bonjol Padang dan UNP adalah diskusi. Pertanyaan, saran dan masukan silih berganti disampaikan oleh para peserta pertemuan. “Bagaimana jika program komunitas ke depannya juga berupa kegiatan lauching buku?” usul Muhammad Gendri, alumnus IAIN Imam Bonjol Padang. Berbeda dengan Gendri, Ucha mahasiswi berkacamata ini menyarankan untuk lebih mendekatkan anggota melalui program yang ada. “Program bedah buku dapat dijadikan sebagai proses mendekatkan anggota.” Seiring dengan pernyataan Ucha, Muhammad Iqbal pun menambahkan bahwa program komunitas jangan sebatas membaca saja. “Kita jangan hanya mementingkan salah satu program saja, yaitu kemampuan membaca. Namun akan lebih baik jika anggota juga dibekali dengan kemampuan menganalisa atau memahami serta menuliskan apa yang mereka baca. Jika memungkinkan tulisan tersebut juga diterbitkan di media massa yang ada.” Urai mahasiswa Jurusan Sastra Inggris UNP menutup sesi diskusi dan gathering yang berakhir pukul 12.30 tersebut.* (BRP)
Minggu, 22 Januari 2012


Pendaftaran melalui web, dengan mengunduh formulir pendaftaran DISINI atau DISINI

Books Reader, adalah komunitas yang berbasiskan para pencinta buku dan membaca yang memiliki misi menciptakan dan mengadvokasi budaya baca pada generasi muda. Saat ini tengah membuka kesempatan bagi generasi muda yang tertarik di Issue budaya membaca, indeks membaca, akses buku murah, kemajuan pendidikan, khususnya melalui pendekatan membaca. Ingin berkontribusi melakukan kampanye agar setiap anak giat membaca dengan cara lebih kreatif? Yuk Gabung bersama kami, Books Reader Padang!

Syarat :
(1) Berusia 15 – 27 Tahun,
(2) Memiliki minat pada buku dan membaca,
(3) Memiliki waktu luang,
(4) Suka Berorganisasi,
(5) Tertarik dengan Kegiatan kampanye dan advokasi membaca pada generasi muda dan issue-issue yang terkait dengan membaca, seperti akses buku murah, lelang buku, donasi buku, bedah buku, speed reading, pendidikan membaca, dan lain-lain serta bersedia untuk bergabung dengan durasi minimal setahun ke depan.

Dengan bergabung bersama kami, kalian akan masuk ke dalam kepengurusan tetap di Books Reader dan akan ikut di setiap rapat, berkontribusi dalam kemajuan Books Reader, dan bertanggung jawab atas perkembangan tiap divisi.

Pendaftaran dibuka hingga 8 Februari 2012 23.59 WIB.

Untuk bergabung rekan-rekan wajib mengunduh formulir pendaftaran di  DISINI atau DISINI
isi formulir pendaftaran yang sudah diisi, dikirimkan kembali ke: booksreaderpadang@gmail.com
dengan subjek: Nama_Posisi
Informasi Lebih lanjut, langsung Mention @BooksReaderPDG
cp: Riko (081947709656) Ade (081363452287)

FREE! 
booksreaderpadang@gmail.com
www.booksreaderpadang.blogspot.com
@booksreaderPDG
Books Reader Padang
Jumat, 13 Januari 2012

Komunitas Sosial Media (Sosmed) Sumatera Barat untuk ke-3 kalinya kembali mengadakan gathering dengan komunitas-komunitas yang eksis dalam jejaring sosial twitter, Rabu (11/2). Gathering yang dilaksanakan di Tiji Cafe ini dihadiri sekitar sepuluh komunitas. Seperti: Books Reader Padang, Akamaru J. Community, StandUp Indo Padang, AIESEC, AIS, Blogger Palanta, Padang Berkebun, Koma Images, Info Sumbar dan tentu saja komunitas Sosmed sebagai penyelenggara.

Gathering yang dimulai pukul 16.00 WIB ini merupakan lanjutan dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Selain membahas dan menyepakati tentang visi-misi Komunitas Sosial Media, rancangan pembentukan kepengurusan juga dibicarakan tentang persiapan kegiatan Festival Sosial Media yang menjadi agenda besar komunitas pada April mendatang. Berbagai usulan yang diberikan oleh peserta pertemuan yang terdiri dari mahasiswa, pelajar dan lulusan perguruan tinggi yang ada di Kota Padang tersebut mendapat tanggapan yang positif dari koordinator komunitas yang awalnya merupakan komunitas/UKM yang berada di tingkat kampus.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Annisa, Koordinator Komunitas Sosial Media kegiatan tersebut nantinya akan melibatkan semua komunitas yang ada di Kota Padang khususnya dan Sumatera Barat umumnya. “Kita butuh konstribusi dan kesungguhan dari teman-teman komunitas untuk menyukseskan Festival Sosial Media Sumbar. Agar keberadaan komunitas tidak hanya sebagai ajang untuk eksis di dunia maya. Tapi juga dapat membantu pemerintah dan masyarakat melalui visi-misi yang dimiliki oleh masing-masing komunitas,” urainya pula. Sedangkan untuk teknis dan detail kegiatan akan dibicarakan dalam gathering selanjutnya. *** (Books Reader Padang)
Rabu, 04 Januari 2012
BUDAYA BACA, BACA BUDAYA

kid read philosophy book by Foucault.
“Budaya baca adalah budayanya manusia, manusia tidak akan punya peradaban apabila tidak membaca. Bahkan Islam pun mengajarkan kata pertamanya yaitu “Iqra” (bacalah).

Pada saat sekarang keseharian proses intelektual manusia tidak lepas dari proses membaca. Membaca sebagai sebuah aktivitas mencerminkan bagaimana seorang individu mau berkembang dan melihat cakrawala ilmu dengan lebih luas lagi. Membaca yang dalam konteks keingintahuan adalah sebuah hal sangat mulia untuk dilakukan. Maka tidak heran apabila setiap orang mengatakan bacalah selagi kau masih ada.

Memang untuk ukuran Negara Indonesia, minat baca sangat rendah sekali. Membaca bukanlah sebuah kultur, bukanlah sebuah kegiatan yang normal selagi menunggu orang kita membaca, selagi duduk di bus kota kita membaca, selagi punya waktu luang dimana saja kita membaca. Bukan, orang Indonesia faktanya bukan seperti itu. Masih ingatkah kita bahwa masih ada beberapa suku di Indonesia untuk mengharamkan pendidikan termasuk membaca. Realita seperti itu membuat semuanya menjadi masuk akal, sejak masa penjajahan dulupun kita baru disediakan buku-buku bacaan faktanya baru akhir abad ke-19. Jadi, jangankan membaca buku, untuk surat kabar pun rata-rata orang Indonesia membaca satu koran dibaca oleh lima puluh orang rata-rata.

Maka dari itu, pemerintah memang telah lama tanggap terhadap semua fenomena ini, karena kecenderungan di Indonesia bukan orang-orang berpunya saja yang jarang membaca. Bahkan orang-orang yang berduit pun jarang sangat untuk membaca. Ironisnya kaya-miskin di Indonesia memang tidak suka membaca.

Membaca sebagai mediator berpikir kritis, bukan saja selalu di identikan dengan hal-hal yang “berat”, teori-teori, bahasa-bahasa ngejelimet. Tapi juga membaca buku adalah perkerjaan yang dianggap sia-sia oleh sebagian orang Indonesia. Karena sebagian orang Indonesia termasuk orang yang mengapilkasikan suatu hal secara kinetik (kerja), bukan secara audio (mendengar) maupun visual (melihat/membaca). Sehingga akibat kurang balance-nya daerah A dan B SDM nya mungkin juga disebabkan oleh pengaruh lingkungannya yang cenderung teridiri dari orang-orang kinetik. Contohnya apabila seseorang ingin membeli kipas angin, maka orang kinetik akan langsung merakitnya, sebaliknya orang visual membaca buku petunjuknya, dan orang audio akan menanyakannya pada pedagang tadi perihal cara merakitnya.


Dari kasus di atas membaca sebagai sebuah paradigma, perspektif, behaviour, aktivitas, teori, implementasi, apalagi kultur faktanya masih sulit di Indonesia ini. Apabila orang Indonesia telah sinkron dengan hal-hal tersebut. Sekonyong-konyong kita tentu akan mengulang sejarah – yang einmalig tentunya – terhadap peradaban Negara hinomaru Jepang. Kita tahu bahwa, hanya perlu waktu empat dekade saja sejak didatangi Mathhew C. Perry pada tanggal 8 Juli 1853. Jepang yang sebelumnya kolot dan telah terisolasi berabad-abad terhadap kemajuan dunia luar akhirnya bertransformasi menjadi sejajar dengan negara-negara seperti Italia dan mengalahkan negara-negara yang cemerlang peradabannya seperti Spanyol, Russia, Yunani dan Negara-negara barat cemerlang lainnya. Yang kuncinya ada hanya pada satu kata yang membuat Negara Jepun itu maju yaitu: membaca.

Tapi kalau bangsa Indonesia yang besar ini kalau membaca hanya dalam situasi formal saja, kita mungkin masih jauh mengejar kemajuan bangsa-bangsa yang lain. Dimana, kalau proses membaca dengan metode paksaan yang sering kita alami di sekolah-sekolah terus di prektekkan faktanya metode tersebut tidak punya efek kontinunitas yang baik, pasalanya soul kita sendiri telah didikte dengan kata-kata membaca, sebaliknya kata “membaca” telah jenuh di mata para siswa. Maka timbullah ego sendiri yang menyatakan membaca adalah proses menjemukan dan tidak punya bentuk ke-excited-annya. Membuat opini publik mengatakan membaca itu dibalas dengan pernyataan sok rajin, cari muka, di ejek kutu buku dsb. Faktanya orang hanya membaca buku yang sederhana saja tapi selalu dikonotasikan buku-buku yang yang menjatuhkan harga diri si pengejek karena cemburu, bukan murni mengejek. Sebaliknya membaca harus ditanamkan sebagai kegiatan yang akrab bentuknya bukan sebagai paksaan semata.

Maka dari sirkulasi membaca tersebut manusia telah bisa di katakan manusia yang sebenarnya apabila telah membaca, apapun genre dan bentuk buku tersebut, ilmiah, dan non-ilmiah – tentu yang positivisme. Orang-orang yang membaca yang membuat dirinya membutuhakan membaca sebagai kebutuhan primer, tak pelak lagi kita katakan sebagai orang yang berbudaya membaca dan walhasil individu itu bisa membaca budaya. Apapun budaya tersebut, karena dasar pemikirannya terobesesi pada ilmu pengetahuan yang mengakibatkan individu teresebut bisa membaca budaya, budayanya manusia.

Seorang yang telah melek sebagai reader (pembaca), tentunya telah disinggung tadi akan bisa baca budaya. Karena budaya sebagai proses pemikiran manusia bisa merefleksikan si reader tersebut untuk lebih haus lagi terhadap ilmu dan pengetahuan, lebih kritis, dan tentu efek jangka panjangnya membuat seorang reader menjadi orang yang bijak, punya keobjektifan, berjiwa besar, dan akan punya kepekaan terhadap semua hal (sense of act).

Lihatlah contoh orang-orang besar yang punya kebutuhan primer terhadap membaca: Hatta, Sjahrir, Taufik Ismail, H.A Salim, Rosihan Anwar dll. Bahkan Rosihan Anwar yang pada usia 80-an tetap memabca buku 2 buku seminggu. Contoh-contoh orang di atas yang telah mengalami sirkulasi budaya baca = baca budaya, kesemuanya telah menjadi “orang”, bahkan orang besar yang sampai pada kaliber internasional.

Tentunya Indonesia sebagai negara yang melimpah SDA nya, butuh sekali kecakapan terhadap SDM yang memadai, maka tidak lain jalan keluarnya yaitu membaca, membaca, dan membaca. Yang orientasinya yaitu membaca menjadi tahu, tahu menjadi paham, paham menjadi kontiniunitas lagi untuk kita membaca buku yang lain.

Percayalah kita kepada orang-orang besar diatas, kalau kita membaca dan menjelma menjadi seorang reader untuk negara Indonesia yang besar ini kalau kita efesienkan maka, kita akan maju sebagai negara baru lebih beradab lagi. Maka dari itu, terus dan ingatlah kata-kata remeh-temeh yang punya kekuatan makrokosmos ini dihati kita untuk dipraktekkan: “tiadalah hari tanpa membaca”.

Hendriko Firman, pernah dimuat di koran Singgalang tahun 2008.